Karya ini merekam jejak visual tentang pembungkaman ekspresi di ranah musik bawah tanah, khususnya band punk Sukatani yang dibungkam oleh kekuasaan.
Topeng rajutan dengan lubang mata dan mulut menjadi simbol suara-suara yang dirampas, identitas yang dihapus, dan ketakutan yang dipaksakan.
Lewat teknik relief dan permukaan yang terluka, karya ini menghadirkan bisu yang berbicara—tentang represi, perlawanan, dan keberanian untuk tetap bersuara dalam gelap.