
Karya seni yang berfungsi sebagai karya seni dan karya seni yang melaluinya sebuah kepentingan tertentu dapat direalisasikan adalah tarik-menarik yang selalu tidak pernah habis diperbincangkan dalam dunia seni. Amalan sebagai motif di dalam dunia seni bisa dikenali baik melalui otonomi maupun heteronomi. Baik otonomi dan heteronomi bukanlah suatu lingkaran arena yang bulat dan sempurna. Di dalam dunia seni yang berpegang pada nilai-nilai estetik yang bersifat intrinsik, motif ini seringkali justru tidak diperhitungkan oleh para seniman. Di sisi lain, dalam realitas yang heteronom ketika fungsi seni dipertaruhkan dan dipertanyakan, struktur karya seni cenderung menjadi sebuah tindakan.
Makna amalan dalam hal ini tidak terikat pada definisi kamus yang menekankan pahala. Amalan adalah sebuah wacana di dalam dunia seni yang terbentuk oleh aspek-aspek bahasa estetik-seni (intrinsik) dan luar bahasa (ekstrinsik), jika kita masih mau memisahkan antara keduanya. Praktik amalan dalam hal ini mesti dilihat sebagai praktik kebudayaan yang mendorong kepada terwujudnya “kebaikan bersama” (common good; Bonum Commune) di dalam masyarakat, sebuah cita-cita sangat kuno yang senantiasa menantang didekati seperti suatu horizon. “Kebaikan bersama” bukanlah institusi dan tidak mungkin dilembagakan, tapi lebih sebagai praktik sosial yang bersifat organis dan kreatif. Di dalam dunia seni atau penciptaan, suatu amalan dari agen yang bernama seniman tidak pertama-tama memperhitungkan karyanya dalam sistem nilai tukar atau ”tak menjumlah dan menghitung-hitung” (Rilke). Mereka tetap melakukan tugasnya untuk menggemakan parrhesia, “meskipun masyarakatnya mengempit dia mati” (S. Sudjojono).
Amalan dalam tema ARTJOG kali ini bermakna sebagai praktik artistik, deliberasi seni/estetik yang tidak bermaksud memperoleh kembali sesuatu yang diamalkan sebagai tujuan tindakan, seperti yang terjadi dalam relasi simetris ekonomi pertukaran. Amalan tidak mempunyai alasan-alasan “rasional”, karena “rasionalitas” amalan adalah totalitas tindakan itu sendiri sebagai hadiah atau kemurahan hati dari seniman dan karyanya kepada ide maupun praktik terwujudnya kebaikan bersama. Amalan dengan demikian adalah sebuah “hadiah” dari dunia seni, di luar kalkulasi untung rugi untuk masyarakatnya yang sering tak bisa ditakar nilainya. +++