Acrylic on Canvas
180 x 130 cm
2025
Available
Lukisan ini terinspirasi dari kisah nyata paman saya, Mbah Sukar, seorang petani yang merawat tanah dengan sepenuh hati, namun dihancurkan oleh sistem pertanian yang tidak adil. Ia menanam dengan harapan, namun ketika panen datang, harga jual anjlok dan tak mampu menutup ongkos tanam. Ia tetap berdiri di ladangnya, hingga ajal menjemput seakan mati sambil menjaga tanah yang tak pernah membalasnya.
Figur kerangka yang berdiri tegak di tengah ladang menggambarkan tubuh yang rapuh tapi martabat yang tidak runtuh. Fosil tikus, burung, dan tanaman yang tersebar di sekitarnya merekam luka yang lebih dalam ekologis, historis, dan sosial. Karya ini bukan hanya tentang satu petani, tapi tentang banyak tubuh yang terbenam diam-diam dalam sejarah agraria Indonesia. Bila dilihat lebih jauh, lukisan ini dapat dibaca sebagai lapisan arkeologi: mengungkap trauma kolektif yang tertanam dalam tanah, dalam diam, dalam tubuh yang tetap berdiri.
Sebuah penghormatan bagi mereka yang kalah, tapi tidak pernah menyerah.